ASTANA
Karya: Sri Maryani
Dan ketika
kelak
Pada akhirnya aku pulang dengan lugu
Aku tak dapat menyembunyikan muka
cemasku
Ketika waktu menggenggamku dengan
langkah terburu
Aku seperti
anak kecil yang diseret
Tersuruk di antara wajah-wajah batu
Mulut-mulut gagu
Dan laku yang tak pernah paham
tentang rindu
Dan ketika
waktu mengajakku pulang
Pada rumah-rumah nisan
Aku belum pandai mengumpulkan bekal
Seperti seorang tua mengumpulkan
remah
Dari piring-piring yang pecah
Astana..
Istana terakhirku..
Tempat aku rebah dibenam waktu
Bagaimana kelak aku menjawab sunyiku
Sedang kelak
mulutku gagu
Dan yang bicara hanyalah lakuku di
masa lalu
Ketika seorang tua berkata padaku di
sore itu,
"gegaslah sebelum hitammu
menjadi uban!"
Betapa pada akhirnya hidup tak dapat
kita ulur
Pada waktu
yang telah kita punggungi
Lalu kita terjerat kenang
Saat kita menoleh ke belakang
Kemudian,
Dengan lugu kita mengakui
Bahwa hidup lebih dari soal
Bagaimana kita menjamu waktu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar