Senin, 15 Oktober 2012

Balapan Puisi Bersama Siswa Jilid 2

Balapan puisi bersama siswa-siswa di sekolah. Target menulis 50 selama liburan. Akhirnya saya hanya mampu mencapai 11 puisi. Ya, lumayan. Siswi saya Aginda Zahra Fauziah tembus di 16 puisi dengan kualitas yang dapat diperhitungkan. Salut! Berikut puisi-puisi saya selama balapan. Silakan menikmati... :)


Puisi 11 #Idea

Detak berderak
Risau terserak
Menghela, menunggumu yang belum jua tiba
Memapah kata yang terjerat dalam sempit kepala
Kutitip pada detak malam yang tiba
Lewat lingkar jam
Dan sepi yang menepi
Datanglah bertandang
Pada cerita yang masih menggamang
membayang menghilang
Tiba-tiba angin mengarah padamu
Aku berdoa
agar berpihak padaku
Pada setiap harap terbaikku



Puisi 10 #Pertemuan

Engkau tiba membawa gerimis
Dan segenggam cuaca yang mendadak pasi
Tanpa bicara langit jadi tak tentu warna
Berdiri
Engkau melepas pandang ke muka jendela
Daun-daun tak lagi berisik
Berayun, jatuh, diam sepi
Pada matamu merebah tanya
Tentang hati kita Yang tiba-tiba redam
Seharusnya gerimis itu
tak mengabarkan senja yang kadung robek
Aku tiba
Melepas pandang ke muka jendela
Membuang gerimis di matamu
Dan segenggam cuaca yang mendadak pasi
Daun-daun tak lagi berisik
Berayun, jatuh, diam sepi



Puisi #9 Lingkar Semesta

Selepas panas, ruap perlahan tandas
Seperti wajahmu yang perlahan susut
Tercabik waktu
Impian  menjelaga sebelum terecap tanak
Hitam hampa
Kadang kita berdalih
Kenyataan tak kenal pamrih
lagi kita berlari
seperti melepas masa kanak
Bebas saja tertatih di lingkar semesta
Menyapa ragam taman nyawa
Bunga-bunga cahaya sisa-sisa usia
Remah hidup yang berharap purna



Puisi 8 # Manglayang, Geulis, dan Sunda Tatar

Pagi, sepi menggiring dingin
Manglayang di Sunda tatar Barat dari kakiku berpijak
Geulis pegunungan yang membatu
Menggigilkan aku meski subuh telah berlalu
Pagi, dalam perjumpaan dingin cakrawala dan tata cahaya
Sumedang tanahku terutara
Cadas pangeran rupa sejarah yang berdarah
Mendadak berdesir dalam tubuhku yang terpinggir
Tanahku tanah rumput
Bergelut dengan embun lembut
Bauan pinus yang menghunus
Dan sepi yang menjaring kerinduanku



Puisi 7 #MALAM

Malam tiba
Ribuan kunang-kunang beralih rupa
Menjadi penari dalam jelaga malam
Kuikuti kemana arahmu
Menghibur mereka yang terlanjur
Bergelayut dalam seringai muram
Malamku,
Ketika engkau datang bertandang
Bawalah sekotak pesan
Tentang doa dan puji-pujian
Yang telah banyak orang lupakan
Ingin aku aminkan
Sebagai pagi yang bertandang
Membawa pesan tentang hidup redupnya harapan
Malam aminkan


Puisi 6 #SENJA

Melewatkan senja begitu saja
Tak apa
Sebab katamu tak ada yang menunggu
Menyapa tua waktu

Mungkin sore telah makin rabun
Tak bisa membedakan ia yang sedang berdiri
Menunggu atau memuntahkan kelu

Aku dan senja
seperti sepasangan yang sedang gemetar ketakutan
Jika saja cahaya segera beranjak
Dan gelap dengan kalap memerangkap
Lalu siapa yang hendak kudekap
Untuk mengusir jelaga pekat

Tapi, kupikir sore memang kian rabun
Tak bisa membedakan ia yang sedang berdiri
Menunggu atau memuntahkan kelu


Puisi 5 #KOTAMU
Karibku: Selfi Budiani Murbakara

Membaui kotamu
Adakah engkau sampai menjemputku
Membawa setangkup udara
Tentang rindu dan sekeranjang cerita
Sudah lama aku tak melihatmu
Mengantongi senyum bintang
Mencandai waktu yang begitu rentang
Membaca kotamu
Membaca gelisah musim yang kian resah
Juga membaca tentang rinduku yang kini
Menjadi mata yang kian membasah
Di kotamu
Aku akan bertamu
Menunggumu memeluk gelisahku
Atau membiaskan mataku yang kian abu

21082012



Puisi #4 Jejak

Aku mengikutimu sebagai tanda
Mungkin ada potongan cerita
Tentang ruparupa orang di dunia
Mereka yang melupakan
Atau yang sengaja menjauh dari harapan
Jejakku adalah jejak kata
Yang sebentar-sebentar engkau anggap binasa
Menyimpanku dalam ketinggian ingatan
Membuatmu seringkali menerka-nerka
Jejak apa yang harus kita pelihara sebagai penjaga


Puisi 3 #SUBUH

Ingin kukabarkan padamu
Tentang sepasang mata sendu
Yang selalu mencuri hening kabut
Ketika engkau menggenapkan rakaatmu
Ingin kukabarkan padamu
Tentang arah pulang kabut
Dan sepasang mata sendu itu yang tiba-tiba berlalu
Berjanjilah sekali-kali menengokku
Sekadar menanyakan bagaimana sesak
hidup di gigil cuaca

SM, 17812


Puisi 2 #Cerita

Dari penanggalan berapa aku memulaimu
Sedang kini aku sasar dalam pusar waktu
Kau kugugu sebagai rekam tingkah lalu
Sebagai kunci kenang catatan-catatan gamang

Kuikutimu, sebagai penanggalan bulan-bulan ingatan
Bisa jadi tak pernah lagi ada kata
sebab bulan tak lagi mengambang di ketinggian
Lalu penanggalan hanyalah sebatas ingatan
atau begitu saja dilupakan



PUISI 1 #METAKATAMATA

Berharap segera menemukan puisi
di antara luka kata yang tiba-tiba
menjadi suara yang tak mengudara
hampa

Setiap jeda seharusnya menumbuhkan
cinta yang berkala nan terjaga
bukan duka sengketa
yang diam-diam direstui sebagai nestapa

Bolehkah,,
Akan kupinjam matamu
sekadar mendamaikan racau gelisahku
Dan menghalau retakan yang belakangan
menggenapkan luka nyeri di hatiku
Lalu kudengar suaramu,
"Bersabarlah, semua puisi akan menjadi bunga
Dan taman bintangmu akan tetap terjaga sebagai taman cahaya"
Diamdiam kukatakan padamu,
"Terima kasih telah mengembalikan senyumanku."

SM, 15/8/12

Tidak ada komentar:

Posting Komentar