Sri Maryani, S.Pd.*
Guillaume Apollinaire Le Pont Mirabeau Sous le pont Mirabeau coule la Seine Et nos amours Faul-il qu’il m’en souvienne La joie venait toujours après la peine Vienne la nuit sonne I’heure Les jours s’en vont je demeure Les mains dans les mains restons face a face Tandis que sous Le pont de nos bras passé Des eternels regards I’onde si lasse Vienne la nuit sonne I’heure Les jours s’en vont je demeure L’amour s’en va comme cette eau courante L’amour s’en va Comme la vie est lente Et comme l’Esperance est violente Vienne la nuit sonne I’heure Les jours s’en vont je demeure Passent les jours et passent les semaines Ni temps passé Ni les amours reviennent Sous le pont mirabeau coule la Seine Vienne la nuit sonne I’heure Les jours s’en vont je demeure | Guillaume Apollinaire Jembatan Mirabeau Di bawah Jembatan Mirabeau mengalir Seine Dan kasih kita mestikah kembali terkenang Kegembiraan selalu datang sehabis derita meski malam datang, jam berdentang Hari-hari pergi, aku tinggal diam Tangan dalam tangan, tinggallah kita berhadapan sedangkan di bawah Jembatan lengan kita, mengalir Alun pandangan abadi begitu lesu Meski malam datang, jam berdentang Hari-hari pergi, aku tinggal diam Cinta pergi bagai air ngalir ini Cinta pergi Betapa hidup lamban Dan alangkah kejamnya harapan meski malam datang, jam berdentang Hari-hari pergi, aku tinggal diam Hari-hari lewat pecan-pekanpun berlalu Baik masa-lampau Maupun kasih tak lagi kembali Di bawah jembatan Mirabeau mengalir Seine Meski malam datang, jam berdentang Hari-hari pergi, aku tinggal diam. |
“Di bawah Jembatan Mirabeau mengalir Seine
Dan kasih kita”
(Jembatan Mirabeau, Guillaume Apollinaire)
Sungai
Seine masih membelah kota Paris. Di kota tempat menara Eifel berdiri
inilah salah seorang penyair termasyur dunia melakukan proses kreatif
yaitu menulis puisi berjudul Le Pont Mirabeau yang kalau
diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia berarti jembatan Mirabeau. Puisi
ini diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa. Puisi ini banyak
menginspirasi masyarakat sastra dunia karena romantisme khas yang
dibawanya. Sungai Seine dan jembatan Mirabeau menjadi latar pembuka
dalam puisi penyair Appollinaire ini. Sehingga pada awal membaca karya
ini, penikmat sastra disuguhi dengan pencitraan seolah-olah sedang
berada di kota Paris.
Lalu
siapakah Appollinaire sang pengarang yang menginspirasi itu? Banyak
versi data tentang penyair Perancis ini. Ada yang menyebutkan bahwa
Guillaume Apollinaire lahir di Roma pada tahun 1880 dan meninggal pada
akhir perang yaitu tahun1918. Nama Guillaume Appollinaire sebenarnya
adalah Apollinaris Wilhelm von Kostrowitzky. Ibunya adalah seorang
bangsawan Polandia yang tinggal di Vatikan. Banyak desas-desus yang
menyebutkan bahwa Appollinaire adalah anak Paus. Karena, pada saat itu,
tanpa menikah, ibunya mempunyai dua anak lelaki. Hal tersebut tak
dibenarkan atau disanggah oleh Appollinaire.
Bakat bicara dan menulisnya mengantarkan ia menjadi orang yang termasyur di Perancis kemudian merambah hingga ke pelosok dunia.
Appollinaire menulis puisi berjudul Jembatan Mirabeau yang mengangkat tema tentang percintaan.
Di bawah Jembatan Mirabeau mengalir seine
Dan kasih kita
Di
pembuka puisi inilah pembaca disuguhi dengan salah satu daya tarik
kota Paris yaitu Jembatan Mirabeau dan Sungai Seine. Sungai Seine adalah
sungai yang membelah kota Paris menjadi dua yaitu Paris utara dan Paris
Selatan. Penyair sangat pandai memadukan kata. Ia mengkombinasikan
keindahan latar jembatan Mirabeau dengan kesan romantis ‘dan kasih
kita’. Penyair Apollinaire memang pandai memilih kata. Sehingga peminat
karyanya ini, mampu menembus batas waktu. Masa dahulu atau sekarang. Pun
tak hanya masyarakat Perancis saja, tapi juga masyarakat dari pelosok
dunia lainnya. Penggambaran lainnya yang diwujudkan pengarang ialah
tentang pilihan kata yang khas misalnya pada larik ‘tangan dalam
tangan, tinggallah kita berhadapan/. Sedangkan di bawah/ jembatan lengan
kita/ mengalir alur pandangan abadi begitu lesu”. Memang banyak
pilihan kata atau diksi misalnya pada diksi ‘tangan dalam tangan’. Bisa
saja diganti dengan ‘tangan yang saling menggenggam’ atau ‘tangan yang
saling menjabat’. Namun hal itu tak dilakukannya. Mungkin ini juga
kepandaian penerjemah dalam menerjemahkan puisi ini. Sehingga puisi ini
mampu menebarkan efek romantisme kepada khalayak. Dilihat dari
tipografinya pun, puisi ini mempunyai bentuk yang khas. Ia tak dibuat
menjadi bait-bait yang lurus sehingga nampak seolah ada ketidakteraturan
dalam penyusunannya. Namun, kalau kita perhatikan betul ternyata puisi
ini membentuk sebuah pola. Bisa dikatakan sama seperti pola aliran
sungai yang berkelok-kelok. Sebetulnya selain terkenal membuat
puisi-puisi romantis, Appolinaire juga dikenal sebagai seorang
inspirator yang menciptakan puisi-puisi yang mempunyai keindahan bentuk.
Pada abad ke-20 Apollinaire terkenal sebagai pelopor adanya seni Calligramme yaitu
suatu sajak atau baris-baris sajak atau bisa disebut juga baris-baris
kata yang puitis yang disusun sedemikian rupa sehingga membentuk sebuah
gambar.
Puisi
jembatan Mirabeau menceritakan tentang sepasang kekasih yang saling
mencintai. Namun, kasih mereka dipisahkan oleh Seine yang membentang pun
keluarga mereka yang tak merestui karena pada saat itu sedang terlibat
dalam perseteruan. Penyair berusaha menjelma menjadi jiwa kekasih yang
jatuh cinta itu. apakah ia harus terus mempertahankan cintanya atau
menyudahinya begitu saja dan hanya mampu mengenang masa-masa percintaan
itu. Sajak itu menceritakan seorang kekasih yang sedang mengenang kisah
percintaannya di masa dahulu. Jembatan Mirabeau dan sungai Seine menjadi
tanda pengingat itu, karena itu merupakan tempat mereka berpadu kasih.
Itu terlihat pada larik-larik awal. “..Di bawah Jembatan Mirabeau
mengalir Seine/ Dan kasih kita/ mestikah kembali terkenang..”. Di larik
selanjutnya, penyair mengungkapkan seolah ada harapan bahwasannya
“Kegembiraan selalu datang sehabis derita” mungkin saja suatu hari cinta
itu akan dipersatukan. Karena, sesudah penderitaan akan hadir
kegembiraan. Di larik berikutnya penyair mengungkapkan lagi namun kali
ini berbeda dengan larik sebelumnya. larik ini lebih terkesan pesimis,
“meski malam datang, jam berdentang/ Hari-hari pergi, aku tinggal diam”
bahwa kegembiraan yang ditunggu sesudah derita itu belum muncul juga.
Padahal hari-hari telah berlalu. Sehingga ia lebih memilih diam dan
menerima kenyataan yang ada. Di larik selanjutnya, puisi tersebut
berkisah tentang kenangan saat berpadu kasih dahulu. “Tangan dalam
tangan, tinggallah kita berhadapan/ sedangkan di bawah Jembatan lengan
kita, mengalir/ alun abadi begitu lesu” Saat sepasang kekasih itu saling
bertemu di atas jembatan Mirabeau, kemudian saling menggenggam tangan
mereka. Sambil di bawahnya sungai Seine mengalir. Namun, kembali lagi
melihat kenyataan “alun abadi begitu lesu”. Keabadian atau ketetapan
cinta mereka masih belum dipastikan sehingga muncul kesan pesimis. Saat
cintanya pergi, kekasih itu nampak begitu merana ini terlihat dalam
larik “Cinta pergi bagai air ngalir ini /Cinta pergi/Betapa hidup
lamban/ Dan alangkah kejamnya harapan “. menurut kekasih itu, cinta
nampak seperti aliran air yang berlalu begitu saja. Hidupnya pun terasa
melamban. Dan “alangkah kejamnya harapan”. Di sana nampak sebuah
kepesimisan bahwa harapan seolah tak berpihak pada dirinya.
“Hari-hari
lewat pekan-pekanpun berlalu/Baik masa-lampau/Maupun kasih tak lagi
kembali/Di bawah jembatan Mirabeau mengalir Seine” Larik-larik tersebut
merupakan penggambaran realitas bahwa suatu masa yang telah dilewati tak
dapat kembali lagi. begitupun juga kekasihnya yang tak kembali lagi.
Meskipun Seine masih tetap mengalir di bawah jembatan mirabeau.
Ada kekhasan lain yang terdapat dalam puisi jembatan Mirabeau ini. Di sajak tersebut terdapat pengulangan larik-larik “meski malam datang, jam berdentang/Hari-hari pergi, aku tinggal diam”. Di jembatan MirabeauI
terdapat empat pengulangan larik-larik tersebut yang terselip di antara
larik lainnya. Hal ini menambah kesan liris pada puisi ini. Penikmat
puisi ini semakin merasakan kesan liris sang kekasih dalam puisi yang
sangat terimajikan sebagai sosok yang amat sedang menderita.
Di
Jembatan mirabeau, penyair ingin mendapatkan kesan dari penikmat puisi
tersebut tentang kisah percintaan yang terjadi yang amat liris yaitu
tentang kenangan-kenangan saat berpadu kasih di masa lalu, realitas yang
terjadi sekarang (saat sepasang kekasih tersebut terpisah), harapan,
juga perasaan pesimis untuk bisa bersatu kembali. Semua penulis
munculkan agar penikmat karya mempunyai kesan yang amat mendalam.
Sehingga pada saat mengenang jembatan Mirabeau, penikmat yang telah
membaca karya sastra ini akan terimajikan bahwa di sana telah terjadi
kisah percintaan yang amat liris. saat kekasih tersebut harus bergulat
dengan realitas yang terjadi. Tetap dengan cinta penuh harapan atau
berhenti saja dalam sebuah kepesimisan?
Dari
Jembatan Mirabeau, kita menemukan sepenggal jejak yang ditorehkan
Apollinaire yaitu tentang sajak lirisnya tentang jembatan Mirabeau dan
sungai Seine. Semoga dengan membaca karya-karyanya yang lain kita bisa
menemukan jejak-jejak Apollinaire yang lain. Semoga.
Sri Maryani, Guru SMPIT As Syifa Boarding School Subang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar