Senin, 29 Juli 2013

Ramadhan dan Catatan Akhir Bulan Juli

Bismillahirrohmaanirrohiim.

Penghujan hampir tandas melintasi Juli. Beberapa kabar bahagia dari kawan dan kakak tingkat yang akan menggenapkan diri menjadi catatan bahagia tersendiri di penghujung Juli ini. Setelah berjibaku dengan padatnya kegiatan pembelajaran di sekolah dan beragam kegiatan asrama, menunggui murid-murid dijemput pulang liburan Ramadhan menjadi keasyikan sendiri. 

Ramadhan di penghujung Juli yang basah mempertemukan kami para wali kelas murid SMPIT As-Syifa Boarding School dengan para orang tua murid yang begitu interes terhadap pendidikan hingga membuat kami berdiskusi panjang tentang psikologi murid-murid kami di sekolah, rencana konseling mereka, dan beberapa program komunikatif lainnya. Sebetulnya ini menjadi pengalaman yang mengasyikan, walau pada awalnya saya sendiri sempat ragu menjadi wali kelas anak-anak putra apakah dapat dijalani atau tidak. Namun, pertemuan bersama orang tua kemarin, setidaknya cukup membuat saya lega karena saya tidak sendiri mendampingi anak-anak. Saya bersyukur untuk setiap kemafhuman mereka dan kebersediaan mereka untuk menjadi teman berdiskusi yang baik dalam perjalanan pendampingan kelas setahun ke depan.

Sekolah dan asrama yang begitu riuh oleh kegiatan mereka kini mendadak senyap. Untuk sejenak, kala libur Ramadhan tiba maka warna-warni kegiatan murid-murid di kampus peradaban dialihkan ke tempat dimana mereka menikmati riuh lebaran. Namun, meskipun begitu Ramadhan senantiasa dihidupkan dengan target khatam Al-Qur'an, Tarawih, I'tikaf, dan kegiatan pendulangng amal lainnya.
Senam Pagi adalah salah satu aktivitas menyehatkan ala murid SMPIT As-Syifa Boarding School

Ramadhan memasuki putaran terakhir dari 3 fase waktu yang telah dijanjikan Allah. 10 hari terakhir yang karenanya pintu neraka ditutup serapat-rapatnya. Sebelumnya, 10 hari pertama disebut hari-hari rahmat dan 10 hari ke-2 yang disebut hari-hari maghfirah atau ampunan. Kegiatan Ramadhan yang berkah ini seharusnya tidak dicoreng oleh tindak kriminial. Namun, kenyataan memang berkata demikian. Bagi sebagian orang, Ramadhan dijadikan ajang mendulang rejeki yang tidak halal. Banyak pemudik yang kemudian menjadi korban. Untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan, maka pemerintah dan satuan pengamanpun setia mengawal kekhidmatan Ramadhan dengan operasi ketupat.

Memasuki putaran 10 hari terakhir Ramadhan ini, juga menorehkan rasa rindu mendalam untuk bersegera MUDIK atau mulang ke udik menjumpai keluarga yang kian jarang dijumpai. Sambil menunggu waktu libur tiba sambil tetap mawas memantau berita. teraspos.com setidaknya cukup membuat kita bernafas lega sebab pemerintah dan satuan pengamanan sudah mulai sigap mengamankan arus pulang.

Juli telah hampir habis. Masih dengan hujan yang makin anomali. Ramadhan menjadi catatan pembelajaran tersendiri untuk menjadi orang kuat ketika berulang kali fisik diuji sakit seolah  dipaksa tunduk pada ringkih. Ramadhan juga menjadi catatan pembelajaran tersendiri untuk menahan diri, mengendalikan perasaan takut, sedih, marah, dan gembira yang berlebihan. Belajar untuk tak banyak bicara dan bertanya hal-hal yang tak berguna dan dari sikap yang tidak menyenangkan dan menyakiti orang.

Ramadhan mengajarkan kita untuk menjalani semua dengan sederhana dan berperilaku sehat. Nampaknya bisa jadi sebuah pilihan, meninggalkan minuman dingin dan makanan yang banyak mengandung kolesterol,  mulai mengganti kopi instan dengan kopi tubruk, juga memperbanyak minum air putih.

Di penghujung Juli, berderet-deret catatan rencana juga evaluasi yang berkali-kali dicoret-diulang-dicoret-diulang. Tak sadar berkali memakinya, meratapi, di sisi lain tertawa geli karenanya. Mungkin itu yang disebut oleh seorang kawan sebagai sudut pandang. Bisa jadi karenanya, moment yang berulang sama tetapi memiliki nilai rasa yang berbeda. Dasar pemikiran itu pula mungkin yang melatar belakangi Edwar de Bono mengembangakn Six Thinking Hats dalam problem solving. Apa warna topimu? Metode ini sangat menyenangkan diterapkan dalam studi kasus oleh anak-anak di sekolah.

Catatan akhir Juli dan hari-hari terakhir Ramadhan mengajarkan kita untuk menjadi pembelajar yang terbaik. Kehidupan menempa kita, kadang menjadi seperti wortel, seperti telur, atau seperti kopi ketika bertemu dengan air panas. Melembek, mengeras, atau mewangi. Masing-masing kita mempunyai cara untuk berbahagia. Tidak terlalu senang, sedih, marah, dan tidak berharap lebih.

Hidup itu sederhana. Hidup itu bukan untuk selalu nampak istimewa di depan orang lain. Hidup hanyalah tarik dan buang nafas dan apa yang kita lakukan di antara keduanya, ungkap seseorang. Dan "Di antara" nya itulah mungkin sama dengan penghujan di bulan Juli ini. Penuh anomali. Bahkan memelesetkan "ramalan" Pak Sapardi tentang Hujan Bulan Juni nya. Maka, Akhir Juli ini pun harus dinikmati sambil menikmati Ramadhan dengan segala amalan terbaik kita. Semoga kita menjadi lulusan terbaik Ramadhan tahun ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar