Kamis, 05 Juli 2012

Saya Bukan Guru TIK

Saya Sri Maryani. Dulu Bapak saya ingin sekali saya masuk elektro karena mungkin nyambung sama pekerjaan Bapak. Tapi saya senangnya di sastra. Saya masuk kuliah di UPI Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Sudah kebayang jadi guru? Tentu sudah. Sayang apabila saya tidak mempersiapkan diri untuk jalur yang sudah saya pilih. Kurang dari empat tahun, saya lulus kuliah. kata temen-temen IPK saya bagus. Tapi kata saya, orang ntar kerja IPK bukanlah jaminan, tetep aja skill yang dibutuhkan. Saya jadi inget pesan guru ngaji saya pada saat SMA dahulu, kalau anti nanti kuliah dan kemudian lulus, orang tuh bukan tanya anti lulusan mana melainkan anti bisa apa?
Hmm, pesan guru ngaji saya masih terngiang-ngiang sampai sekarang. Saya harus banyak kebisaan, ya kita kuliah kan bukan sekedar ngejar IPK, apalagi ngejar kerjaan, tetapi mengoptimalisasi kemampuan.
Nah, kalauah sekarang saya mengambil jjalur menjadi seorang guru. Maka saya harus terus mengasah skill setajam-tajamnya agar dapat menguliti penghalang kreativitas yang ada di dalam diri siswa-siswa saya. 
Tentang salah satu skill? Dulu pada saat PLP (Program Latihan Profesi) salah seorang siswa saya pernah bertanya, "Ibu tuh guru Bahasa Indonesia atau guru TIK?". Saya hanya nyengir. Emang nggak boleh ya mengkolaborasikan keduanya. Jujur siy sebenernya, tentang yang berbau-bau TIK saya kurang dari ahli apabila dibanding dengan Bu Eneng (sodara se-iche yang memang guru TIK). Ya, minimalnya saya dapat optimalisasi kemampuan yang terbatas ini untuk dapat dikaitkan dengan pembelajaran. Ya, jadinya beginilah adanya. Muncul karya-karya amatiran seperti ini. maafkan apabila tidak memuaskan. Sebetulnya ide di kepala begitu besarnya tentang konsep portofoliovirtual, tapi apa daya kemampuan saya baru sejauh ini. Oleh karena itu, mari kita rintis bersama! 

Salam,
Sri Maryani
Pendidik Muda @SMPIT As Syifa Boarding School

Tidak ada komentar:

Posting Komentar